Mengapa Mesti Ada Ujian dan Apa Trik Dalam Menghadapi Ujian

INDRAGIRI.com - Terkadang seseorang akan bertanya pada diri sendiri, mengapa hidupnya terasa berat. Tidak seperti yang lain, yang terlihat serba berkecukupan. Keadaan seperti itu terkadang menimbulkan pikiran barangkali “saya sedang diuji”. Lantas muncul pertanyaan apakah ujian itu hanya berupa ketidaksenangan? dan mengapa mesti ada ujian didalam hidup? serta bagaimana trik dalam menghadapi ujian hidup?.


Untuk menjawab pertanyaan diatas kita akan melihat bagaimana Islam menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menggunakan pendekatan al-Quran dan hadits yang menjadi sumber agama Islam dalam menjawab pertanyaan diatas. Terkait mengapa mesti ada ujian, Allah SWT menerangkan dalam QS. Al-Ankabut (29):2 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”.


Dari ayat diatas jelas bahwa seseorang akan mengalami ujian didalam hidupnya terlebih ketika dia mengakui bahwa Allah SWT adalah Rabbnya ujian tersebut dimaksudkan untuk melihat seberapa berkualitasnya keberimanan yang ia miliki. Sebagai perbandingan yang acapkali kita dengar adalah ketika kita ingin naik kelas saat dibangku sekolah maka kita akan diuji oleh guru. Pengujian itu untuk menentukan layak tidaknya kita untuk meneruskan dikelas yang lebih tinggi. Jadi, sikap kita tidak usahlah bersedih hati yang mendalam dalam menghadapi ujian, karena ujian adalah satu kemestian dalam hidup.


Setelah kita menyadari bahwa ujian adalah suatu kemestian dalam hidup, maka langkah kedua kita perlu mengenal bentuk bentuk ujian. Allah SWT menguji hamba-Nya dengan dua kategori, Pertama, diuji dengan keburukan atau sesuatu yang tidak disenangi, hal tersebut tergambar dalam Qs. Al-Anbiya’ [21]: 35 “..........Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)..........” ketidaksenangan itu mungkin berupa kondisi yang sakit, kemiskinan dan lainnya. Hal tersebut bisa didapati dalam Qs. Al-Baqarah [2]: 155  “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan......”.


Namun perlu saya ingatkan terlalu cepat untuk mengukur suatu keadaan yang menimpa diri dengan ujian juga tidak baik. Misalkan ketika seseorang tidak pernah menjaga kebersihan lantas dengan mudahnya ia terjangkit penyakit, kemudian berkesimpulan ini adalah ujian juga tidak benar. Begitu juga dengan kemiskinan, sekira seseorang hidup dalam suasana yang malas kemudian ia beranggapan bahwa miskinnya adalah ujian juga tidak tepat. Bentuk kedua dari ujian adalah berupa kebaikan atau sesuatu yang disenangi, hal ini bisa di lihat dalam Qs. Al-A’raf [7]: 168 “ .........dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk......” kebaikan atau kesenangan itu bisa berupa kesehatan, harta, keluarga maupun jabatan, yang kesemuanya itu bisa membuai seseorang sehingga ia akan lupa dan menjadi sombong atas kebaikan yang diberikan padannya. Mengenai kesenangan semacam ini Allah menegaskannya dalam Qs. Al-Anfal [8]: 28 “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.....”.


Bagian terkahir dari tulisan ini adalah bagaimana sikap kita ketika dihadapkan dengan ujian? Karena ujian adalah suatu kemestian dalam hidup seorang hamba, maka inilah gambaran sikap yang harus diambil ketika berhadapan dengan ujian yaitu “Dari Shuhaib, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Orang beriman itu mengagumkan, semua perkaranya baik. Tidak ada seorang pun yang seperti itu melainkan orang beriman. Jika ia mendapatkan ke-SENANG-an, ia ber-SYUKUR, itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa ke-SUSAH-an, ia ber-SABAR, dan itu baik baginya”. (HR. Muslim).


Jadi kuncinya disini adalah Syukur dan Sabar, Syukur tatkala kita menghadapi ujian yang berupa kebaikan. Kesyukuran itu akan membawa kita ingat akan pemberian kebaikan tersebut sehingga kita tidak terbuai olehnya. Sabar tatkala menghadapi keburukan atau ketidaksengangan dalam hidup, bahkan Allah SWT sendiri mengatakan bahwa orang-orang yang sabar akan diberikan pahala tanpa batas “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” Qs. Az-Zumar [39]: 10. Kalimat terakhir yang ingin saya ungkapan, semoga kita menjadi hamba-hamba Allah Swt yang ber-SYUKUR ketika diuji dengan sesuatu yang menyenangkan, dan ber-SABAR ketika diuji dengan sesuatu yang tidak menyenangkan, amin.


Oleh : Abdul Malik Al-Munir, Kelahiran Pulau Palas - INHIL Riau, saat ini menimba ilmu di Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurusan Study Qur'an Hadist. Pendiri Rumah Peradaban yang bergerak dibidang Social Kemasyarakatan.

Posting Komentar

0 Komentar